September 2019

Pangeran Diponegoro : Pemahaman Islam dan Kepribadiannya



Pangeran Diponegoro : Pemahaman Islam dan Kepribadiannya
Ikrima Ramadhan al-Zanki

            Dalam bukunya, Peter Carey, penulis biografi Pangeran Diponegoro, mengatakan, “Setelah nenek buyutnya wafat, 17 Oktober 1803, Diponegoro agaknya mengintensifkan hubungan dengan kaum ulama yang tinggal di desa-desa sekitar Tegalrejo. Perkembangan penting di sini adalah perkawinannya pada sekitar tahun 1802, dengan putri seorang guru agama dari daerah Sleman, sebelah utara Yogyakarta. Mempelai wanitanya, Raden Ayu Retno Madubrongto, adalah putri kedua dari Kiai Gede Dadapan, dekat Tempel.” Jadi titik balik Pangeran Diponegoro muda yang kala itu masih berumur sekitar 18 tahun menjadi lebih giat dan serius dalam memahami islam dengan lebih dalam setelah sebelumnya dididik saat masa kecilnya oleh guru-guru agama di Tegalrejo Bersama dengan nenek buyutnya. (Peter Carey, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), Jakarta: Kompas, 2014, hlm. 26)
            Pangeran Diponegoro dengan semangat mudanya yang masih membara dalam menuntut ilmu, terutama ilmu agama kepada para alim-ulama’. Mempelajari banyak sekali bidang-bidang ilmu yang ada di dalam ilmu agama, yang ia pelajari dan kaji dari kitab-kitab para ulama’ yang membahas tentang masalah tasawuf, tarekat-tarekat, dan hal-hal yang sufistik lainnya, juga kitab kisah-kisah para nabi, kitab yang membahas tentang politik dan filsafatnya, kitab-kitab fiqh dan syari’ah, kitab-kitab sastra, bahkan kitab sastra hindu-buddha yang berasal dari serat jawa yang mengandung sastra India kuno, dan juga masih banyak lagi kitab-kitab yang menjadi bahan bacaan dari Pangeran Diponegoro dan hal itu tentu bukanlah suatu hal yang aneh karena memang sejak kecil Pangeran Diponegoro telah dididik di lingkungan sekitae pesantren dan hidup berdampingan dengan para santri, tepatnya di Desa Tegalrejo. (Peter Carey, Takdir: , hlm. 31)
            Sebagaimana yang disampaikan di dalam salah satu babad Keraton Yogyakarta, Pangeran Diponegoro juga dikenal karena keshalehan islamnya. Pangeran Diponegoro menikmati sekali saat sedang membaca kitab-kitab agama dan ingin menjunjung tinggi adat Jawa tradisional di lingnkungan keraton. Jadi selain bacaan Pangeran Diponegoro yang berlimpah, ia juga sangatlah menjunjung tinggi adat-istiadat Jawa, yang mana ia besar di dalam adat tersebut. (Peter Carey, Takdir: , hlm. 10)
            Pangeran Diponegoro juga sebagai keturunan bangsawan yang dibesarkan dalam lingkungan santri menjadi seorang yang sangat dekat dengan masyarakat dan hal itu sangat terlihat pada masa mudanya Pangeran Diponegoro. Peter Carey menulis di dalam bukunya bahwa Pangeran Diponegoro banyak berkawan dengan masyarakat sekitar baik yang merupakan keturunan bangsawan atau priyayi, para ulama’, santri, dan bahkan berkawan dengan para bandit yang ada. Memang hubungan yang paling terlihat dari Pangeran Diponegoro adalah hubungannya dengan para ulama’. Meskipun Peter Carey pun menuliskan bahwa disamping memiliki hubungan dengan para ulama’ yang tinggal di daerah pedesaan, Pangeran Diponegoro juga memiliki banyak kawan dikalangan elite Keraton Yogyakarta yang tertarik dan dekat dengan islam. (Peter Carey, Takdir: , hlm. 28-29)

Pemahaman Pangeran Diponegoro Akan Ajaran Islam

            Jika dilihat kembali tentang masa kecil Diponegoro yang dididik dan hidup di Desa Tegalrejo, maka tentu kita tidak akan bingung dan heran akan pemahaman Pangeran Diponegoro akan Islam. Karena di Desa Tegalrejo sendiri merupakan sebuah desa yang dipenuhi dengan para santri dan juga ulama atau para kyai. Diponegoro hidup dan besar dalam suasana sebagai seorang santri juga maka identitas kemusliman dari Diponegoro tidak perlu dipertanyakan kembali dan juga pemahamannya akan Islam juga pasti telah terbangun selama ia belajar di Desa Tegalrejo. Kemudian jika dilihat kembali dari bacaannya yang sangat banyak dan bervariasi terutama yang banyak membahas tentang Islam atau kitab-kitab yang berkaitan dengan Islam. Dapat disimpulkan bahwa Pangeran Diponegoro bukanlah seorang yang awan akan Islam, Justru dia paham dan mengerti terhadap Islam.
            Ditulis di dalam bukunya Peter Carey, “Orang-orang Eropa memuji pemahaman Pangeran tentang Islam: “Diponegoro sangat akrab dengan semangat yang meresapi system keagamaan [Sang Nabi]”, catat Knoerle, “[dan] saya percaya ia menilai semua mukjizat yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dari sudut pandang yang seimbang [dan tahu persis] bagaimana harus membedakan [aspek supranatural segala mukjizat itu dari] situasi dan kondisi [historis] di mana Nabi Muhammad Saw mengalaminya”.  Hal tersebut disampaikan oleh orang-orang Eropa yang melihat bahwa Pangeran Diponegoro memang adalah seseorang yang paham akan islam dan mereka sampai memuji pemahaman Sang Pangeran terhadap Islam. Hal ini menunjukkan bahwa memang Pangeran Diponegoro paham betul akan Islam. (Peter Carey, Takdir:, hlm. 39)
            Pangeran Diponegoro memiliki pemahaman akan agama Islam yang kuat dan ia cenderung kepada ajaran-ajaran tasawuf. Ia cenderung menyukai ajaran-ajaran mistik yang berbau sufistik. Sebagaimana tulisan-tulisan Pangeran Diponegoro yang memperlihatkan bahwa ia lebih tipikal menjadi seorang mistikus Jawa ketimbang seorang pembaru Islam yang ortodoks. Hal ini juga diakui oleh penasihat Pangeran Diponegoro di Perang Jawa, yaitu Kiai Mojo, yang juga seorang anggota tarekat mistik Shattariyah, yang menyebutkan bahwa Pangeran Diponegoro tampaknya berusaha mencapai tingkat kemanunggalan mistik dalam sufi. (Peter Carey, Takdir: …, hlm. 39)
            Tulisan-tulisan Pangeran Diponegoro yang ia tulis di Makassar, banyak mencantumkan kutipan-kutipan yang berasal dari ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur’an, namun walaupun demikian Pangeran Diponegoro ternyata tidak memiliki keinginan atau tidak begiru tertarik terhadap tafsir al-Qur’an. Justru ia sangat tertarik kepada penggunaan dan pembacaan dzikir, serta suka untuk bersemedi. Dituliskan oleh Peter Carey mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Ketertarikan Pangeran Dipoengoro terhadap hal-hal mistik dalam bukunya yaitu, “Dalam uraian yang sama dimana ia memuji kemanjuran dzikir, Pangeran Diponegoro juga merujuk pada daerah (bagan-bagan pengaturan nafas sembari berdo’a) dan pada beberapa upacara yang digunakan oleh tarekat-tarekat Naqsabandiyah dan Shattariyah.” (Peter Carey, Kuasa Ramalan: Pangeran Dipoengoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855, Jilid 1, Jakarta: KPG dan KITLV Jakarta, 2016, hlm. 131)
            Menurut Diponegoro, membaca dzikir dapat memungkinkan orang untuk membesarkan asma’ Allah yang maha besar. Karena Pangeran Diponegoro menganut pandangan mistik terhadap tauhid, mengakui keesaan Allah dengan menunjukkan bahwa kita sebagai manusia harus menunjukkan kesetiaan kita kepada Sang Pencipta bahwa kita setia dan salah satunya adalah dengan melantunkan dzikir kepadaNya.
            Pangeran Diponegoro memiliki pandangan bahwa perkembangan dan kemajuan mistik bergerak dari iman melalui tauhid dan makrifat kepada Islam sejati, Penyerahan diri seseorang secara mutlak dan merendahkan kedirian serat keberadaan seseorang si hadapan Allah. Penting sekali bahwatidak ada penyebutan syari’at sebagai wahana kehidupan mistik tersebut. Jadi Pangeran Diponegoro meskipun menjalankan ajaran-ajaran sufistik namun ia tidak meninggalkan syari’at Islam dan tetap melaksanakannya. Karena sesungguhnya pemahaman Pangeran Dipoengoro itu berdasarkan tauhid. (Peter Carey, Kuasa Ramalan: , hlm. 132-133)


            Sebagaimana yang dirumuskan Pangeran Diponegoro dalam otobiografinya:

27. Iman berarti “pasrah terima”
      Karena manusia dianugerahi kehidupan
                  Oleh Tuhan Yang Maha Agung.
                  Tauhid berarti kebenaran
                  bahwa orang harus menjalankan
                  perintah [sebagaimana ditetapkan dalam hukum]
                  berat atau ringan
28. Makrifat berarti tolak penduaan;
                 Karena badan ini pasti punah,
                 tak usah merisaukannya.
                 Kehadirannya khayali, terlalu tak berarti untuk
                 dipertahankan.
     Berusahalah hanya demi
                 Hakikat sejati Yang Maha Ada.
                 Makna Islam

29. adalah berserah diri, pengakuan atas tak berartinya
                 manusia.
                 Semua berasal dari Allah,
                 manusia hanya menerima dengan rendah hati.
     Di dunia dan di akhirat
                 Yang ada hanya rahmat Allah, Tuhan alam semesta,
                 karena makhluk itu fana.
                 Ini menurut saya

30. Empat hal tersebut [juga] disebut tauhid.
                  Semuanya bukti tindak sejati [mencari Allah]

(Peter Carey, Kuasa Ramalan: , hlm. 133)

            Tulisan Pangeran Diponegoro di atas menunjukkan bahwa memang benar jikalau dikatakan bahwa pemahaman Pangeran Diponegoro terhadap Islam sangatlah baik dan lurus. Bahkan belakangan saat ia berusia 20 tahun sebagai tradisi bangsawan yang telah beranjak dewasa ia melakukan ritual tradisi lelono, yaitu sebuah ritual mistik dengan tujuan meningkatkan kebijaksanaan, menemukan guru spiritual, meningkatkan kekuatan batin, dan menemukan keteguhan dan ketentraman batin.

Penampilan, Karakter, dan Kesenangan Pangeran Diponegoro

            Pangeran Diponegoro digambarkan di dalam tulisan Peter Carey, sebagai berikut “Mukanya masih muda dengan bibir terkatup rapat, dengan hidung agak pesek dan mata tajam menatap ke arah bawah. Sekalipun pada usia tua, menurut kesaksian orang yang bertemu dengan Pangran Diponegoro di tempat pengasingan, pandangan mata pangeran masih memperlihatkan api dan energi masa mudanya. Seluruh sosoknya memantulkan energi yang terpusat dan cahaya”. Dapat disimpulkan dengan penggambaran tersebut bahwa Pangeran Diponegoro adalah orang yang memiliki karisma yang membuaat dirinya menonjol, walaupun ia tidak bisa dibilang sebagai orang yang tampan akan tetapi dengan daya Tarik tersendiri dari diri Pangeran dimasa mudanya saja Pangeran Diponegoro telah memiliki beberapa orang istri. Namun disamping hal itu semua Pangeran Diponegoro memiliki beberapa penyakit yang cukup keras dan ia memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan tradisional. (Peter Carey, Kuasa Ramalan: , hlm. 135-137)
Satu sifat atau kebiasaan di mana Pangeran Diponegoro itu sangat mudah tergoda oleh perempuan dan ia menyebutnya sebagai sifat mengganjal yang ada pada dirinya. Sifat mudah tergoda pada perempuan ini yang membuat Pangeran Diponegoro mempunyai istri yang banyak, disertai juga dengan istri-istri yang tidak resmi. Pangeran Diponegoro juga memiliki kepribadian yang cukup humoris, namun humor yang dimiliki oleh Pangeran Diponegoro terkadang bisa menjadi cukup ironi, seperti satu kasus di mana ia mengirimkan satu set pakaian perempuan kepada para jendralnya yang pengecut terhadap peperangan. Satu lagi sifat Pangeran Diponegoro yang cukup menonjol adalah di mana Pangeran Diponegoro sangat mudah mengutuk sesuatu ataupun seseorang. (Peter Carey, Kuasa Ramalan: , hlm.140-143)
Seperti orang kebanyakan yang pasti memiliki suatu hal yang disukai atau hobi yang senang untuk dilakukan, Pangeran Diponegoro juga memiliki hal tersebut. Pangeran Diponegoro antara lain menyukai memelihara dan merawat burung, khususnya Pangeran Diponegoro memiliki beberapa sifat dan kebiasaan yang khas diantaranya adalah snya burung perkutut dan burung kakatua, Pangeran Diponegoro juga memiliki kebiasaan untuk berkebun, ia juga sering bermain catur sedari masa mudanya, sebagai seorang bangsawan juga ia mempunyai keahlian dalam hal berkuda. Hal-hal kesukaan Pangeran Diponegoro yang bisa dikatakan unik adalah mengunyah sirih, kapur, dan pinang yang merupakan hal yang sering ia lakukan. Ia juga menyukai meminum anggur, walaupun yang ia minum bukanlah angur merah yang memabukkan dan tentunya diharamkan di dalam agama, tapi ia meminum anggur putih yang menurutnya adalah minuman penawar bagi orang yang sedang mabuk. Kesukaan Pangeran Diponegoro yang lainnya adalah merokok, namun bukan sembarang merokok, tetapi menggunakan cerutu tembakau khas jawa yang dibungkus oleh daun jagung. (Peter Carey, Kuasa Ramalan: …, hlm.143-145)

Khatimah

Jikalau diambil kesimpulan terhadap kepribadian Pangeran Diponegoro, dapat dikatakan bahwa Pangeran Diponegoro memiliki kepribadian yang unik dan juga hebat, walau sebagai manusia biasa ia juga memiliki kesalahan. Terlepas dari kesalahan yang ada pada kepribadian masih banyak sekali hal yang hebat dari diri Pangeran Diponegoro sehingga ia nantinya banyak diikuti orang ramai dan dipercayai banyak orang. Pangeran Diponegoro seorang bangsawan, santri, dan pejuang.